Permainan tradisional merupakan bagian penting dari warisan budaya bangsa yang mencerminkan kreativitas dan kearifan lokal masyarakat Indonesia. Salah satu permainan tradisional yang cukup populer di berbagai daerah adalah egrang. Egrang merupakan permainan yang menggunakan sepasang tongkat panjang sebagai alat untuk berjalan. Meski terlihat sederhana, permainan ini menuntut keseimbangan, ketangkasan, dan keberanian. Di balik keseruannya, egrang juga mengandung nilai-nilai edukatif dan sosial yang penting untuk perkembangan anak-anak.
Kata "egrang" berasal dari bahasa Minangkabau, namun permainan ini dikenal dengan berbagai nama di daerah lain, seperti jajangkungan di Jawa Barat, tengkak-tengkak di Sumatera, dan batok kelapa (versi pendek) di beberapa daerah di Kalimantan dan Sulawesi. Secara umum, egrang terbuat dari dua batang bambu panjang yang diberi pijakan sekitar 30 hingga 50 cm dari dasar bambu. Pemain berdiri di atas pijakan tersebut dan berjalan dengan menjaga keseimbangan.
Cara bermain egrang sebenarnya cukup menantang. Pemain harus menaiki pijakan yang berada di atas permukaan tanah dan kemudian mulai melangkah menggunakan tongkat bambu tersebut. Karena keseimbangan menjadi faktor utama, tidak semua orang dapat langsung mahir memainkan egrang. Dibutuhkan latihan dan keberanian untuk menguasainya. Dalam beberapa lomba atau festival budaya, egrang dijadikan ajang kompetisi, baik dari segi kecepatan berjalan maupun kemampuan menjaga keseimbangan terlama.
Permainan egrang tidak hanya mengasah fisik anak, tetapi juga mental dan sosial. Dari segi fisik, egrang melatih otot kaki, lengan, dan koordinasi tubuh secara keseluruhan. Sementara dari sisi mental, permainan ini mendorong anak untuk berani mengambil risiko, sabar dalam berlatih, dan percaya diri. Selain itu, egrang biasanya dimainkan secara kelompok atau dalam lomba, sehingga membentuk interaksi sosial dan rasa sportivitas.
Dalam konteks budaya, egrang mencerminkan kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan bahan-bahan alami seperti bambu atau kayu. Ini menunjukkan bagaimana nenek moyang kita mampu menciptakan hiburan dari lingkungan sekitarnya tanpa bergantung pada teknologi canggih. Egrang juga sering kali ditampilkan dalam karnaval atau perayaan Hari Kemerdekaan sebagai simbol keceriaan, semangat juang, dan nilai kebersamaan.
Sayangnya, seperti banyak permainan tradisional lainnya, egrang kini mulai jarang dimainkan oleh anak-anak di era digital. Permainan modern seperti video game dan aplikasi hiburan telah menggantikan permainan fisik yang membutuhkan aktivitas dan interaksi sosial langsung. Oleh karena itu, pelestarian egrang menjadi penting, baik melalui pendidikan di sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, maupun festival budaya.
Kesimpulannya, egrang bukan sekadar permainan tradisional, tetapi juga sarana pembelajaran yang penuh makna. Ia mengajarkan keseimbangan, ketekunan, keberanian, dan kebersamaan. Melestarikan permainan egrang berarti menjaga salah satu elemen penting dari budaya Indonesia agar tetap hidup dan dikenali oleh generasi masa depan. Melalui upaya bersama, permainan seperti egrang bisa kembali menjadi bagian dari kehidupan anak-anak Indonesia yang sehat, aktif, dan cinta budaya bangsa.