Di tengah pesatnya perkembangan Kota Makassar, berdiri kokoh sebuah bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang Sulawesi Selatan: Benteng Rotterdam. Tak hanya menjadi destinasi wisata, benteng ini menyimpan berbagai keunikan yang menjadikannya ikon budaya, sejarah, dan arsitektur yang patut dikenang dan dijaga. Benteng ini menjadi saksi Perang Makassar (1660–1669) antara Kerajaan Gowa melawan VOC Belanda. Setelah kekalahan Gowa, pada 18 November 1667, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bungaya, menyerahkan benteng beserta wilayahnya kepada Belanda
Desain Unik Berbentuk Penyu:
Salah satu hal paling mencolok dari Benteng Rotterdam adalah bentuknya yang menyerupai penyu yang merayap ke laut. Penyu dipilih karena dianggap sebagai simbol kekuatan dan ketangguhan, serta keterkaitan erat dengan kehidupan maritim masyarakat Makassar.
Dalam budaya lokal, penyu juga melambangkan kesetiaan dan perlindungan, selaras dengan fungsi benteng sebagai tempat pertahanan.
Arsitektur Perpaduan Gowa dan Belanda
Benteng ini awalnya dibangun oleh Kerajaan Gowa dengan bahan dasar batu padas dan tanah liat, lalu diperkuat oleh Belanda menggunakan batu karang dari pesisir Maros.
Hasilnya adalah perpaduan gaya arsitektur lokal dan kolonial yang khas:
- Bentuk bastion segi lima khas Belanda
- Struktur rumah panggung bugis dalam beberapa bangunan lama
- Gerbang dan dinding batu tinggi bergaya Eropa abad ke-17
Saksi Sejarah Panjang Makassar
Dibangun pada abad ke-16 dan diambil alih oleh VOC pada 1667, benteng ini menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda di kawasan timur Indonesia.
Benteng Rotterdam menyimpan sejarah penting, seperti:
- Perjanjian Bungaya antara Belanda dan Kerajaan Gowa
- Penahanan Pangeran Diponegoro selama 21 tahun dalam pengasingan
- Fungsi sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan markas militer
Museum La Galigo di Dalam Benteng
Di dalam kompleks benteng terdapat Museum La Galigo, yang menyimpan ribuan koleksi artefak sejarah:
- Manuskrip lontara kuno
- Pakaian adat dan senjata tradisional Bugis-Makassar
- Miniatur kapal pinisi dan alat musik tradisional
Museum ini memperkaya fungsi benteng sebagai sumber edukasi dan budaya bagi pengunjung dari dalam dan luar negeri.
Pusat Seni dan Kegiatan Budaya
Kini, Benteng Rotterdam tidak hanya menjadi monumen sejarah, tapi juga ruang hidup bagi kegiatan seni dan budaya, seperti:
- Pameran seni rupa dan fotografi
- Pertunjukan tari tradisional dan musik etnik
- Festival budaya seperti Makassar International Eight Festival (F8)
Benteng ini menjadi ruang publik yang dinamis, membangun hubungan antara masa lalu dan masa kini.
Kesimpulan:
Benteng Rotterdam adalah simbol monumental dari berbagai lapis sejarah, mulai dari kekuatan lokal Kerajaan Gowa, kolonialisme Belanda, hingga semangat nasionalisme Indonesia. Benteng ini bukan hanya struktur fisik, tetapi juga jendela waktu yang memungkinkan pengunjung merasakan perjuangan, perubahan, dan ketahanan budaya Makassar dari masa ke masa.