Kerajaan Sunda Kerajaan Hindu di Jawa Barat

Kerajaan Sunda Kerajaan Hindu di Jawa Barat

Kerajaan Sunda adalah kerajaan Hindu yang berdiri di wilayah Jawa Barat, Indonesia, dan berkembang dari abad ke-7 hingga abad ke-16 Masehi. Berpusat di kawasan Bogor saat ini, kerajaan ini mencakup sebagian besar wilayah yang kini menjadi provinsi Jawa Barat dan Banten. Kerajaan Sunda dikenal dalam sejarah karena letaknya yang strategis di pesisir barat Pulau Jawa, yang memungkinkan kerajaan ini berkembang sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan di Jawa Barat.

Asal-usul dan Lokasi Kerajaan Sunda

Kerajaan Sunda didirikan setelah perpecahan Kerajaan Tarumanegara pada sekitar abad ke-7 Masehi. Tarumanegara, kerajaan tertua di Jawa Barat, diperkirakan runtuh akibat invasi atau konflik internal. Wilayahnya kemudian terbagi menjadi beberapa kerajaan kecil, salah satunya adalah Kerajaan Sunda. Kerajaan Sunda meliputi wilayah Jawa Barat dari Sungai Citarum hingga ke Selat Sunda di barat, menjadikan wilayahnya strategis untuk perdagangan dengan wilayah lain di Asia Tenggara.

Pemerintahan dan Struktur Kerajaan

Kerajaan Sunda dipimpin oleh raja-raja yang dihormati oleh rakyatnya, dan sistem pemerintahan kerajaan dijalankan dengan bantuan para menteri dan bangsawan. Salah satu raja Sunda yang terkenal adalah Prabu Siliwangi, yang diyakini memerintah pada abad ke-15. Prabu Siliwangi dikenal sebagai raja yang bijaksana dan sangat dihormati. Namanya menjadi legenda di Jawa Barat, dan beliau dianggap sebagai simbol kebanggaan budaya Sunda.

Kerajaan Sunda beribukota di Pakuan Pajajaran, yang terletak di dekat Bogor saat ini. Kota ini menjadi pusat pemerintahan dan kebudayaan Sunda. Pakuan Pajajaran dikenal sebagai kota yang indah dan makmur, dengan perencanaan kota yang baik dan tata letak yang teratur. Pakuan juga menjadi pusat ritual keagamaan dan perayaan-perayaan budaya Sunda.

Kehidupan Agama dan Kebudayaan

Kerajaan Sunda dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha, tetapi mayoritas masyarakat Sunda mengikuti agama Hindu dengan pemujaan terhadap dewa-dewa seperti Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Prasasti dan peninggalan arkeologi menunjukkan bahwa agama Hindu memiliki pengaruh kuat di Kerajaan Sunda, meskipun unsur-unsur animisme dan kepercayaan lokal juga tetap ada.

Kebudayaan Sunda berkembang pesat di bawah pengaruh kerajaan ini. Sastra Sunda kuno, seperti naskah Sewaka Darma dan Amanat Galunggung, mencatat ajaran-ajaran etika dan kebijaksanaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, seni tradisional Sunda, seperti wayang golek dan gamelan Sunda, turut berkembang di era kerajaan ini dan masih dihormati serta dilestarikan hingga hari ini.

Hubungan Perdagangan dan Diplomasi

Kerajaan Sunda terletak di jalur perdagangan yang menghubungkan Jawa dengan wilayah lain di Asia Tenggara, termasuk Sumatera, Malaka, dan India. Pesisir barat Jawa menjadi pelabuhan utama bagi kapal-kapal dagang yang datang dari luar Nusantara. Sunda Kelapa, yang kini menjadi Jakarta, adalah salah satu pelabuhan penting Kerajaan Sunda. Pelabuhan ini berperan besar dalam aktivitas perdagangan lada, rempah-rempah, dan hasil bumi lainnya yang sangat diminati di pasar internasional.

Kerajaan Sunda juga memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan lain, terutama dengan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Dalam beberapa catatan sejarah, Majapahit mencoba menjalin persekutuan dengan Sunda untuk memperkuat kekuasaannya di Nusantara. Peristiwa terkenal dalam hubungan ini adalah pernikahan putri Sunda dengan Hayam Wuruk, Raja Majapahit, yang dicatat dalam naskah Kidung Sunda. Namun, persekutuan ini berakhir dengan tragis karena terjadi konflik antara pasukan Majapahit dan pengawal Sunda, yang menyebabkan pertumpahan darah.

Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Sunda

Kerajaan Sunda mulai mengalami kemunduran pada abad ke-16 akibat tekanan dari kekuatan luar, terutama Kesultanan Banten yang mulai berkembang di wilayah barat. Kesultanan Banten, yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin, berhasil merebut wilayah-wilayah pesisir barat Jawa dari kekuasaan Kerajaan Sunda. Perlahan-lahan, wilayah kekuasaan Sunda semakin terdesak dan menjadi lebih kecil.

Pada tahun 1579, Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, diserang dan dihancurkan oleh pasukan Kesultanan Banten. Runtuhnya Pakuan menandai berakhirnya Kerajaan Sunda, dan wilayahnya kemudian menjadi bagian dari Kesultanan Banten. Dengan berakhirnya Kerajaan Sunda, kebudayaan Sunda tetap bertahan melalui masyarakat Sunda yang melestarikan tradisi, bahasa, dan kepercayaan mereka hingga saat ini.

Warisan Kerajaan Sunda

Meskipun kerajaan ini telah runtuh, warisan budaya Sunda tetap hidup di masyarakat Jawa Barat. Sastra Sunda kuno, seni tradisional seperti tari jaipong, seni musik gamelan Sunda, dan budaya wayang golek masih dilestarikan hingga kini. Nama Prabu Siliwangi juga menjadi simbol keberanian dan kebijaksanaan dalam tradisi Sunda.

Situs-situs arkeologi dan prasasti yang terkait dengan Kerajaan Sunda masih ditemukan di beberapa wilayah di Jawa Barat. Prasasti Kebon Kopi dan Prasasti Jambu adalah beberapa contoh prasasti yang menceritakan kehidupan dan kebesaran Kerajaan Sunda. Warisan ini mengingatkan kita akan kejayaan masa lalu Kerajaan Sunda dan pentingnya nilai-nilai budaya yang diwariskannya.

Kesimpulan

Kerajaan Sunda adalah kerajaan Hindu yang penting dalam sejarah Nusantara, khususnya di Jawa Barat. Dengan pusat pemerintahan di Pakuan Pajajaran, kerajaan ini berkembang sebagai pusat kebudayaan dan perdagangan di pesisir barat Jawa. Meskipun runtuh di abad ke-16 akibat serangan dari Kesultanan Banten, warisan budaya dan sejarah Kerajaan Sunda tetap hidup dalam budaya dan tradisi masyarakat Sunda hingga saat ini.

05 November 2024 | Informasi

Related Post

Copyright 2023 - BS Golds